Efek Panjang Pandemi Covid-19, Terbitlah Fenomena Rojali dan Rohana

Foto Antara

 

viralsumsel.com, JAKARTA – Fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) sedang marak di tengah masyarakat. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polkam) Lodewijk Freidrich Paulus menyebut fenomena itu terjadi karena efek panjang pandemi Covid-19.

Fenomena tersebut muncul lantaran banyak mal atau pusat perbelanjaan yang terlihat ramai, tapi minim transaksi belanja. Pengunjung datang hanya sekadar jalan-jalan atau cuci mata.

“Covid-19 perasaan sudah lewat ini. Tetapi coba, Bapak, Ibu lihat di mal-mal, mal-mal gara-gara Covid-19 itu sampai sekarang belum pulih. Itu kan sudah usai. Tapi belum pulih,” ujar Lodewijk saat mengisi materi pada hari pertama Retret Kadin Indonesia di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (8/8/2025).

“Malah sekarang rame ada Mbak ‘Rohana’ dan Mas ‘Rojali’. Kan rame tuh, ya itu dampaknya, sebenarnya belum beres-beres,” katanya.

Baca Juga :  Ribuan Pelari Siap Gelorakan Raya Run di Surabaya

Meski dampak ekonomi usai pandemi belum sepenuhnya stabil, Lodewijk menyakini akan hadir rombongan jadi beli (robeli).

“Katanya sih akan datang dari Italia, Mas ‘Robeli’. Mudah-mudahan cepat datang ya Mas Robeli. Kan kalau Rohana dia cuma nawar-nawar, lihat-lihat. Ada yang cuma lihat, nawar juga kagak,” kata Lodewijk berseloroh.

Dampak dari pandemi yang terjadi pada 2020, disebut Lodewijk tak hanya berimbas pada ekonomi nasional, tetapi mempengaruhi kondisi geopolitik dunia. Bahkan merembet ke dalam five perfect storm, yakni konflik luar biasa seperti yang terjadi di Timur Tengah maupun Ukraina dan Rusia.

Akibatnya, harga komoditas (commodity prices) menjadi naik.

“Mungkin sekarang yang punya batubara pada tiarap juga sebetulnya. Jadi fluktuasinya luar biasa,” kata Lodewijk.

“Dampak commodity prices naik ada yang namanya cost living. Mungkin itu yang membuat terjadi rojali dan rohana,” tegasnya.

Baca Juga :  Dipha Barus hingga Afgan Ramaikan Grand Opening 25hours The Oddbird Jakarta

Dijelaskan Lodewijk faktor lainnya adalah perubahan iklim (climate change) yang bisa mempengaruhi stok bahan pangan, misalnya beras. Ditambah lagi kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membuat geopolitik semakin fluktuatif.

“Saya katakan mungkin ada tambahan lain yaitu T atau Trump. Mungkin suka tidak suka kebijakan Trump itu berpengaruh juga secara global walaupun katanya Presiden Trump itu politik strateginya undur-undur,” kata Lodewijk.

“Maju, tekan, kemudian mundur pelan-pelan. Kan luar biasa kita ditekan 32 turun 19, mudah-mudahan bisa turun lagi. Efeknya luar biasa dan terasa. Bukan saja Indonesia,” tambahnya.

Melihat situasi tersebut, daya beli masyarakat pun mengalami penurunan. Masyarakat kini lebih pintar mengatur keuangan untuk tetap menjaga kebutuhan prioritas. (mel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *