Kemenyan, Komoditas Warisan Nusantara yang Siap Mendunia

GLOBAL1113 Dilihat

JAKARTA, viralsumsel.com – Kemenyan, yang selama ini identik dengan praktik spiritual dan budaya tradisional, ternyata menyimpan potensi besar sebagai komoditas global berkelas.

Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka dalam pidatonya pada 14 Juli 2025 di Istana Wakil Presiden mengangkat isu menarik yang sempat diremehkan banyak pihak: hilirisasi kemenyan.

Dalam kesempatan itu, Gibran berbicara di hadapan peserta Program Pendidikan, Penyiapan, dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3PN) Angkatan ke-68. Ia menyatakan bahwa kemenyan Indonesia memiliki potensi besar, terutama sebagai bahan dasar parfum kelas dunia.

“Banyak yang mengira saya bercanda saat bicara soal hilirisasi kemenyan. Mereka pikir kemenyan cuma untuk dukun,” ujar Gibran dengan nada santai namun serius. “Padahal, bahan dasar parfum merek-merek mewah seperti Louis Vuitton dan Gucci berasal dari kemenyan,” lanjutnya.

Pernyataan itu sontak menjadi bahan perbincangan publik. Kemenyan yang selama ini dipandang sebelah mata, kini diungkap sebagai sumber kekayaan alam yang berpeluang besar jika dikelola melalui proses hilirisasi industri modern.

Asal-Usul Kemenyan dan Kandungan Bernilai Tinggi

Secara ilmiah, kemenyan berasal dari resin atau getah pohon Styrax benzoin, tumbuhan aromatik asli hutan-hutan tropis di Sumatera Utara, khususnya wilayah Tapanuli, Humbang Hasundutan, dan sebagian Aceh. Pohon ini disadap dengan teknik khusus hingga menghasilkan getah harum yang kemudian dikeringkan.

Baca Juga :  Hilal Awal Syawal di Indonesia Sudah Memenuhi Kriteria 1 Mei

Kemenyan Indonesia mengandung senyawa aktif seperti asam benzoat, asam sinamat, vanillin, dan eugenol—komponen bernilai tinggi dalam industri parfum, antiseptik, dan aromaterapi. Fungsinya sebagai fixative atau penahan aroma menjadikan kemenyan sangat penting dalam formulasi parfum mahal.

Sementara di tingkat global, jenis kemenyan lain yang dikenal adalah Boswellia spp., atau lebih akrab disebut frankincense, berasal dari kawasan Afrika Timur dan Timur Tengah. Namun, kemenyan Indonesia memiliki aroma yang lebih halus dan khas, menjadikannya primadona di pasar ekspor.

Ekspor Besar, Tapi Masih Mentah

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kemenyan Indonesia pada tahun 2024 mencapai 4.300 ton dengan nilai mencapai USD 52 juta.

Sayangnya, sebagian besar ekspor tersebut masih dalam bentuk mentah, tanpa nilai tambah dari proses pengolahan.

Kemenyan Indonesia selama ini diekspor ke negara-negara seperti Tiongkok, Prancis, Mesir, Bangladesh, dan India, yang kemudian mengolahnya menjadi minyak atsiri, parfum, hingga produk farmasi bernilai tinggi.

“Bayangkan kalau kita bisa olah sendiri jadi parfum lokal dengan kualitas dunia. Indonesia tidak perlu hanya jadi pemasok bahan mentah,” tegas Gibran.

Rencana Serius Pemerintah

Pemerintah pun mulai menaruh perhatian serius pada potensi ini. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan meresmikan Pusat Riset dan Hilirisasi Kemenyan Nasional pada 2025 sebagai bagian dari strategi penguatan riset dan industrialisasi berbasis sumber daya lokal.

Baca Juga :  Celebrity Fitness Kembali Buka Klub Baru

Lewat pusat riset ini, diharapkan pengembangan teknologi ekstraksi, formulasi, dan pengemasan produk berbasis kemenyan bisa dilakukan di dalam negeri. Gibran juga mendorong keterlibatan anak muda dan pelaku UMKM untuk ikut dalam rantai nilai industri ini.

“Saatnya generasi muda masuk ke dunia riset dan produksi berbasis kemenyan,” tegas Gibran.

Jika hilirisasi berjalan optimal, bukan tidak mungkin Indonesia bisa membangun fragrance house sendiri, seperti “House of Indonesia Fragrance” yang mampu bersaing di pasar global.

Produk-produk seperti “Indonesian Olibanum” atau “Sumatra Frankincense” bisa menjadi brand global baru dari Indonesia.

Dampak Positif Hilirisasi Kemenyan

Hilirisasi kemenyan bukan hanya soal ekspor parfum. Ini soal pemberdayaan ekonomi desa, penguatan UMKM, kedaulatan industri, hingga kebangkitan warisan lokal menjadi komoditas global.

Dengan dukungan teknologi, sumber daya manusia, dan keberanian berinovasi, bukan mustahil Indonesia akan dikenal dunia bukan hanya sebagai negeri rempah, tapi juga pusat industri parfum berbasis alam. (bbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *