Mauricio Souza Murka Usai Kemenangan Persija: Kalau Mau Berkelahi, Jangan di Lapangan!

Foto dok ILeague

viralsumsel.com, MALANG- Kemenangan dramatis Persija Jakarta atas Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (8/11/2025), ternoda insiden panas di akhir laga. Meski timnya pulang dengan tiga poin berkat dua gol Eksel Runtukahu, pelatih Mauricio Souza justru tak sepenuhnya puas.

Bukan karena permainan, melainkan karena emosi yang tak terkendali di penghujung pertandingan. Suasana yang awalnya penuh gengsi berubah jadi ricuh ketika beberapa pemain dan ofisial kedua tim terlibat adu dorong dan adu mulut setelah peluit akhir berbunyi.

Souza, yang biasanya tenang di pinggir lapangan, kali ini tampak tak bisa menutupi kekesalannya.

“Saya tidak suka melihat hal seperti itu. Sepak bola bukan tempat untuk bertarung. Kalau mau berkelahi, jangan di sini,” ujarnya dengan nada tegas.

Baca Juga :  M Rafli Mursalim Jalani Trial di PSIS Semarang, Ingin Bantu Klub Kembali ke Liga 1

Pelatih asal Brasil itu menilai, pertandingan seharusnya menjadi ajang adu strategi dan kemampuan, bukan emosi. Ia menegaskan, kemenangan tak akan berarti banyak bila harus diwarnai kericuhan.

“Kami datang ke sini untuk bermain, bukan berkelahi. Hasil pertandingan seharusnya ditentukan oleh permainan, bukan amarah,” lanjutnya.

Souza juga memahami, tensi panas di laga-laga besar seperti Arema vs Persija kerap sulit dihindari. Namun ia menegaskan, profesionalisme dan kedewasaan pemain justru diuji di momen seperti itu.

“Atmosfer panas adalah bagian dari sepak bola, tapi bagaimana kita mengendalikannya adalah ukuran sejati dari profesionalisme,” tegasnya.

Meski kecewa dengan insiden tersebut, Souza tetap memberi pujian kepada anak asuhnya yang mampu bangkit setelah tertinggal lebih dulu. Dua gol dari Eksel Runtukahu membalikkan keadaan dan memastikan Macan Kemayoran tetap berada di jalur kemenangan.

Baca Juga :  Persija Incar Kemenangan Keempat Beruntun di Kandang Arema

Namun, kemenangan itu terasa hambar bagi Souza. Ia berharap kejadian di Kanjuruhan menjadi cermin bagi semua pihak agar insiden serupa tak terulang.

“Sepakbola seharusnya membawa kegembiraan bagi penonton, bukan menciptakan keributan. Kita semua harus lebih dewasa menghadapi tekanan,” tutupnya. (mel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *