Rindu Itu Bernama Sriwijaya FC: Ketika Trofi Jadi Doa yang Tak Pernah Usai

SRIWIJAYA FC444 Dilihat

PALEMBANG, viralsumsel.com – Di suatu malam, sebuah foto lawas kembali berseliweran di media sosial. Terlihat para pemain Sriwijaya FC sedang menikmati momen sederhana mengangkat trofi juara Indonesia Super League (ISL) musim 2011/2012.

Ada Keith Kayamba Gumbs, Pelatih Kas Hartadi, dan Presiden Klub saat itu, Dodi Reza Alex. Tahun 2012. Tahun ketika Sriwijaya FC jadi raja sepak bola Indonesia.

Foto itu bukan sekadar potret nostalgia. Ia adalah potret kerinduan. Sebuah pertanyaan lirih yang muncul dari hati ribuan Laskar Wong Kito: Kapan kami bisa melihat Sriwijaya FC berjaya lagi?

Sudah terlalu lama stadion ini menunggu sorakan penuh kemenangan. Terlalu lama trofi juara tak lagi singgah di kota pempek. Terlalu lama yel-yel kemenangan tak lagi menggema di tribun Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring yang megah itu.

Sriwijaya FC bukan sekadar klub sepak bola. Bagi masyarakat Sumsel, Sriwijaya FC adalah simbol harga diri. Sebuah representasi semangat, keberanian, dan kebanggaan.

Baca Juga :  Datang Lebih Cepat, Sriwijaya FC Boyong 20 Pemain Lawan PSKC Cimahi

Klub ini pernah menorehkan tinta emas di kancah nasional—tiga kali juara Piala Indonesia, satu kali juara Liga Indonesia, dan sempat menjadi kekuatan yang disegani di Asia Tenggara.

Kini, semua itu tinggal kenangan. Tapi kenangan itu tidak akan pernah usang, karena ia terus diperbarui oleh harapan. Harapan dari para suporter yang tetap setia mengenakan jersey kuning emas meski tim kesayangannya jatuh bangun di Liga 2.

Kami rindu masa-masa kejayaan. Kami rindu menyanyikan yel-yel kemenangan di stadion penuh kebanggaan. Kami rindu mengarak trofi juara keliling kota.

Itulah suara dari tribun. Suara dari hati. Suara yang tak pernah padam, bahkan ketika hasil buruk datang bertubi-tubi. Karena Sriwijaya FC adalah identitas. Ia bukan hanya tentang 11 pemain di lapangan, tapi tentang ribuan pasang mata yang menantikan kebangkitan.

Musim 2025/26 harus menjadi titik balik. Klub telah membentuk skuat yang kompetitif, menggelar pemusatan latihan serius, dan bahkan memberi tempat bagi para pemain muda dari EPA (Elite Pro Academy) untuk mencicipi kerasnya sepak bola profesional. Kini saatnya semua elemen bersatu: manajemen, pelatih, pemain, dan—yang tak pernah lelah—suporter.

Baca Juga :  Sriwijaya FC Memang 20-0 Lawan Mutiara Hitam

Mereka yang tetap datang ke stadion. Mereka yang tetap membeli jersey. Mereka yang tetap menyanyikan “SFC Sampai Mati!” di tengah rintik hujan dan keterpurukan.

Sriwijaya FC bukan hanya soal menang, tapi tentang harga diri yang ingin kami bangkitkan kembali.

Ayo bangkit, Sriwijaya FC!

Suporter tak pernah pergi. Kami masih di sini, di balik spanduk-spanduk penuh semangat, di antara lagu-lagu kemenangan yang kami simpan dalam dada. Menunggu hari itu datang lagi—hari ketika Sriwijaya FC kembali ke kasta tertinggi, dan trofi juara kembali diarak keliling kota. (bbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *