Tak Hanya Musik, Ini Makna Spiritual di Balik Tradisi Saropal Anam

SUMSEL142 Dilihat

OKU, viralsumsel.com – Di tengah arus modernisasi yang terus bergulir, Kepala Desa Belimbing, Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Yusman, tampil sebagai sosok yang berkomitmen tinggi terhadap pelestarian budaya daerah.

Ia mengambil langkah konkret untuk membangkitkan kembali salah satu warisan budaya khas Melayu OKU yang nyaris terlupakan: tradisi musik religi Saropal Anam.

Dalam wawancara khusus pada Selasa (24/6/2025), Yusman mengungkapkan kegelisahannya melihat adat istiadat masyarakat Melayu yang semakin terpinggirkan dari kehidupan sehari-hari.

“Budaya adalah jati diri kita. Kalau bukan kita yang menjaganya, siapa lagi? Saropal Anam bukan sekadar musik, tapi mengandung nilai-nilai religi dan spiritual yang mendalam,” ujar Yusman dengan penuh semangat.

Bangkitkan Suara Rebana yang Mulai Sunyi

Dahulu, Saropal Anam kerap menghiasi berbagai perhelatan penting seperti peringatan Maulid Nabi, pengajian rutin, hingga pesta pernikahan. Namun kini, suara rabana nyaris tak terdengar, tergantikan oleh hiburan modern yang lebih mendominasi kehidupan masyarakat.

Melihat kondisi itu, Yusman menginisiasi program revitalisasi Saropal Anam. Ia mengajak tokoh adat, pemuka agama, dan kelompok seni desa untuk bersatu mendirikan grup-grup Saropal Anam yang terdiri dari generasi muda dan para orang tua.

Latihan rutin kini digelar setiap akhir pekan di desa, sebagai bentuk nyata menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya.

“Melalui Saropal Anam, kita tidak hanya melestarikan seni, tapi juga menanamkan nilai luhur dan kebanggaan identitas lokal kepada generasi muda,” tambahnya.

Pendidikan Budaya di Balik Irama

Uniknya, pelatihan Saropal Anam di Desa Belimbing tak hanya mengajarkan teknik memainkan rabana. Kegiatan ini juga dikemas dengan diskusi sejarah, nilai adat, serta filosofi kehidupan masyarakat Melayu OKU. Anak-anak diajak memahami peran penting budaya dalam membentuk karakter dan jati diri.

Salah satu anggota grup remaja putri Saropal Anam mengungkapkan rasa bangganya, “Awalnya saya tak tahu apa itu Saropal Anam, tapi setelah ikut latihan, saya sadar alat ini punya makna besar. Saya jadi lebih mengenal sejarah desa sendiri,” tuturnya.

Dapat Dukungan Pemerintah dan Budayawan

Langkah inovatif ini mendapat sambutan positif dari warga dan pemerintah daerah. Beberapa pejabat menyatakan kesiapan mendukung penuh, bahkan tengah merancang agenda seperti Festival Saropal Anam atau lomba antar desa.

Para budayawan setempat juga memuji Yusman sebagai contoh pemimpin desa yang memahami pentingnya kearifan lokal dalam pembangunan.

Sinergi dengan Pendidikan dan Agama

Tak berhenti di situ, Yusman kini tengah menyusun rencana memasukkan Saropal Anam ke dalam muatan lokal di sekolah-sekolah.

Ia bekerja sama dengan para guru dan tokoh agama untuk menyisipkan edukasi budaya dalam kurikulum, agar nilai-nilai kearifan lokal terus mengakar dalam jiwa anak-anak desa.

“Kita ingin anak-anak kita bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga cinta dan bangga terhadap budayanya sendiri,” ujar Yusman.

Inspirasi untuk Desa Lain

Yusman berharap apa yang dilakukan di Desa Belimbing bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di OKU dan Sumatera Selatan.

Ia percaya pelestarian budaya bukan semata urusan seniman atau tokoh adat, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh masyarakat.

“Kalau kita bisa berdampingan dengan modernisasi tanpa kehilangan identitas budaya, di situlah letak kemajuan sejati,” tutupnya. (bbs)


Baca Juga :  Fitri Hadir Saat Kesulitan Minyak Goreng Dan Ingatakan Warga Jangan Beli Berlebihan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *