🇮🇩 Baja Indonesia Menembus Amerika! Ekspor PT Tata Metal Lestari Capai 10.000 Ton di Tengah Tarif Tinggi AS

JAKARTA, viralsumsel.com – Industri baja nasional kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tengah situasi perdagangan global yang penuh tantangan. Di tengah kebijakan proteksionisme tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat melalui Section 232, Indonesia justru berhasil mengukir peluang emas melalui ekspor baja lapis berkualitas tinggi ke Negeri Paman Sam.

Dalam seremoni Pelepasan Ekspor Produk Baja Lapis PT Tata Metal Lestari ke Amerika Serikat, yang berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa keberhasilan ekspor ini menjadi bukti nyata ketangguhan industri nasional.

“Meski Amerika masih menerapkan tarif impor tinggi terhadap produk baja – bahkan bisa mencapai 50 persen – mereka tetap membutuhkan pasokan baja lapis dari luar. Ini adalah celah yang mampu dimanfaatkan Indonesia,” ujar Menperin Agus.

Produk baja lapis yang diekspor ke AS memiliki volume mencapai 10.000 ton dengan nilai transaksi USD 12,6 juta, menjadi bagian dari target ekspor 69.000 ton PT Tata Metal Lestari sepanjang tahun 2025 – naik tajam 133 persen dibandingkan capaian tahun 2024.

Ekspor Berkelanjutan Sejak 2024

Menurut data yang diterima Kementerian Perindustrian, PT Tata Metal Lestari telah secara rutin mengekspor produknya ke Amerika Serikat dan Kanada sejak Oktober 2024. Artinya, kepercayaan pasar global terhadap produk baja Indonesia terus tumbuh meski diterpa dinamika kebijakan perdagangan yang tak menentu.

Baca Juga :  McEasy Luncurkan Pengelolaan Suku Cadang Berbasiskan Teknologi IoT

“Saya mengapresiasi capaian luar biasa ini. Produk baja lapis Indonesia tidak hanya memenuhi standar internasional, tetapi juga menunjukkan keunggulan daya saing industri nasional,” tegas Agus.

Kolaborasi Hulu-Hilir Jadi Kunci

Keberhasilan ini tak lepas dari sinergi kuat antara pelaku industri hilir seperti PT Tata Metal Lestari dan sektor hulu seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., yang menyediakan bahan baku utama berupa baja lembaran dingin (CRC). Kolaborasi ini membentuk ekosistem industri baja nasional yang solid, saling mendukung, dan kompetitif di pasar global.

“Sinergi ini penting untuk memperkuat nilai tambah industri dan menjawab kebutuhan pasar dunia,” tambah Agus.

Dalam kesempatan yang sama, VP of Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi, menjelaskan bahwa ekspor ke AS mengalami pertumbuhan signifikan sejak awal tahun.

“Kami mulai dengan 5.000 ton pada Februari, dan terus meningkat setiap bulan hingga Juli ini mencapai 10.000 ton. Ini sekitar 14,5 persen dari target ekspor tahunan,” ujarnya.

Produk yang diekspor meliputi tiga jenis utama:

  • BJLAS (Baja Lapis Aluminium Seng) dengan merek Nexalume

  • BJLS (Baja Lapis Seng) bermerek Nexium

  • BJLS Warna bermerek Nexcolor

Semua produk telah melalui proses pelapisan standar internasional dan digunakan sebagai bahan baku industri konstruksi di AS, seperti roll-former dan struktur ringan bangunan.

Kontribusi Nyata terhadap Ekonomi Nasional

Selain memberikan nilai devisa tinggi, ekspor produk baja ini juga berdampak positif bagi perekonomian domestik. Sekitar 30–40 persen dari total penjualan PT Tata Metal Lestari kini berasal dari ekspor, yang juga turut mendorong penciptaan lapangan kerja baru di sektor hilir.

Sementara itu, Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., Akbar Djohan, menambahkan bahwa pasar ekspor menjadi tulang punggung baru dalam strategi penjualan perusahaan.

“Produk kami telah menjangkau Polandia dan akan terus menembus pasar Eropa lainnya. Kualitas CRC Krakatau Steel diakui dunia, dan kami akan memperluas ekspor untuk memperkuat posisi Indonesia di industri baja global,” tegasnya.

Optimisme Masa Depan Baja Nasional

Menperin Agus Gumiwang mengajak pelaku industri untuk terus mengembangkan produk berbasis inovasi, berkelanjutan, serta ramah lingkungan. Ia percaya dengan strategi ini, produk baja Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin di panggung global.

“Nilai tambah, inovasi, dan kekuatan jaringan industri adalah fondasi penguatan ekonomi nasional kita ke depan,” pungkasnya. (bbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *