H Muchendi Hadiri Pengajian Triwulan Muslimat Nahdlatul Ulama di Lempuing Jaya OKI

viralsumsel.com, KAYUAGUNG – Wakil Ketua DPRD Sumsel H Muchendi Mahzareki menghadiri pengajian Triwulan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Desa Muara Burnai 1, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), kemarin.

H Muchendi didampingi sang isteri yang juga Anggota DPRD Sumsel terpilih Ike Meilina Muchendi. H Muchendi mengaku sangat support dengan kegiatan keagamaan seperti  pengajian Triwulan Muslimat Nahdlatul Ulama.

“Kegiatan seperti ini harus di dukung, harus ada sentuhan dari pemerintah daerah, dan perlu minimal setahun sekali dibuat secara besar besaran degan mengundang penceramah dari luar untuk menambah wawasan pengetahuan,” kata H Muchendi yang digadang bakal maju sebagai Calon Bupati OKI 2024.

Dalam kesempatan tersebut H Muchendi yang juga Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumsel tersebut berpesan pada masyarakat agar tidak terpancing isu SARA menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak khususnya di Kabupaten OKI, Rabu, 27 November 2024.

“Dan kita juga berpesan agar tidak terpancing degan isu SARA (Suku, Ras dan Agama) sehingga Kabupatan OKI tetap kondusif, aman dan damai dalam pilkada nanti,” terang dia.

Hanya memberi tahu Muslimat Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial keagamaan dan merupakan salah satu Badan Otonom dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Didirikan pada tanggal 26 Rabiul Akhir bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1946 di Purwokerto.

Baca Juga :  Herman Deru Ikut Panen Raya Serentak Bersama Presiden Prabowo di Kabupaten OKI

Hingga kini dipimpin oleh Ketua Umum Hj. Khofifah Indar Parawansa, yang sekaligus juga Gubernur Provinsi Jawa Timur.

Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, 1938 menjadi momen awal gagasan mendirikan organisasi perempuan NU itu muncul. Dua tokoh, yakni Ny R Djuaesih dan Ny Siti Sarah tampil sebagai pembicara di forum tersebut mewakili jamaah perempuan.

Ny R Djuaesih secara tegas dan lantang menyampaikan urgensi kebangkitan perempuan dalam kancah organisasi sebagaimana kaum laki-laki. Ia menjadi prempuan pertama yang naik mimbar dalam forum resmi organisasi NU. Secara internal, di NU ketika itu juga belum tersedia ruang yang luas bagi jamaah perempuan untuk bersuara dan berpartisipasi dalam penentuan kebijakan.

Ide itu pun disambut dengan perdebatan sengit di kalangan peserta Muktamar. Setahun kemudian, tepatnya pada Muktamar NU ke-14 di Magelang, saat Ny Djuaesih mendapat tugas memimpin rapat khusus wanita oleh RH Muchtar (utusan NU Banyumas) yang waktu itu dihadiri perwakilan dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat, seperti Muntilan, Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo, dan Bandung.

Forum menghasilkan rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi NU, masyarakat, pendidikan, dan dakwah.

Baca Juga :  H Muchendi Resmi Lamar Partai Golkar di Pilkada OKI

Akhirnya pada tanggal 29 Maret 1946, bertepatan tanggal 26 Rabiul Akhir 1365 H, keinginan jamaah wanita NU untuk berorganisasi diterima secara bulat oleh para utusan Muktamar NU ke-16 di Purwokerto. Hasilnya, dibentuklah lembaga organik bidang wanita dengan nama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) yang kelak lebih populer disebut Muslimat NU.

Hari inilah yang di kemudian hari diperingati sebagai hari lahir Muslimat NU sampai sekarang. Pendirian lembaga ini dinilai relevan dengan kebutuhan sejarah. Pandangan ini hanya dimiliki sebagian kecil ulama NU, di antaranya KH Muhammad Dahlan, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Saifuddin Zuhri.

Atas dasar prestasi dan kiprahnya yang demikian, Muktamar NU ke-19 di Palembang pada tahun 1952, Muslimat NU memperoleh hak otonomi. Muktamirin sepakat memberikan keleluasaan bagi Muslimat NU dalam mengatur rumah tangganya sendiri serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya di medan pengabdian.

Sejak menjadi badan otonom NU, Muslimat lebih bebas bergerak dalam memperjuangkan hak-hak wanita dan cita-cita nasional secara mandiri. Dalam perjalanannya, Muslimat NU bergabung bersama elemen perjuangan wanita lainnya, utamanya yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani), sebuah federasi organisasi wanita tingkat nasional. Di Kowani, Muslimat NU menduduki posisi penting. (ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *