Harga Emas Tembus Rekor, Investor Beralih ke Aset Aman di Tengah Sinyal Dovish The Fed

EKONOMI111 Dilihat

PALEMBANG, viralsumsel.com – Harga emas dunia kembali menjadi pusat perhatian setelah melesat tajam dan menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan. Pada sesi Amerika Serikat, Selasa malam (23/9), emas berjangka (XAU/USD) naik sekitar 0,73% hingga mencapai level $3.791 per troy ounce.

Lonjakan ini terjadi seiring pelemahan data ekonomi AS dan pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang memberi sinyal kebijakan moneter lebih longgar ke depan.

Hingga Rabu pagi (24/9), harga emas masih bertahan di kisaran $3.750-an. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tren bullish logam mulia belum goyah, bahkan semakin menguat seiring tekanan yang menghantam Dolar AS (USD).

Sentimen Teknis Masih Solid

Menurut Andy Nugraha, Analis dari Dupoin Futures Indonesia, indikator teknikal mendukung keberlanjutan tren penguatan emas. “Pergerakan candlestick dan rata-rata pergerakan (Moving Average) masih memberikan sinyal tren naik yang konsisten,” jelasnya.

Andy menambahkan, momentum beli yang kuat bisa mendorong emas menembus level $3.786 dalam jangka pendek. Meski begitu, ia mengingatkan investor agar mewaspadai potensi koreksi teknikal. “Jika minat beli melemah, emas berpeluang menguji support di kisaran $3.738,” katanya.

Faktor Fundamental: Data Ekonomi AS Melemah

Selain analisis teknikal, faktor fundamental turut mendukung reli emas. Data Purchasing Managers Index (PMI) AS terbaru menunjukkan perlambatan aktivitas bisnis di sektor jasa dan manufaktur sepanjang September. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan, sehingga memberi sinyal potensi perlambatan ekonomi.

Baca Juga :  MAXY Academy dan Universitas Brawijaya Gelar Kuliah Tamu: Memandu Mahasiswa Menemukan Passion dan Karir yang Berdampak

Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan menahan diri untuk tidak mengetatkan kebijakan moneter dalam waktu dekat. Bahkan, pasar kini menilai ada peluang besar bagi bank sentral untuk terus menjaga suku bunga pada level rendah atau bahkan melakukan pemangkasan tambahan.

Sinyal Dovish dari The Fed

Jerome Powell dalam pidatonya menekankan bahwa risiko penurunan pada pasar tenaga kerja kini lebih nyata dibandingkan sebelumnya. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan utama ketika The Fed memangkas suku bunga minggu lalu. Menurut Powell, kebijakan tersebut bertujuan membawa suku bunga ke level netral, meski inflasi masih cukup tinggi.

Ia juga menekankan bahwa “efek inflasi akibat tarif akan relatif singkat,” serta menegaskan kembali bahwa arah kebijakan moneter akan tetap sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi mendatang.

Nada dovish juga datang dari pejabat The Fed lainnya. Raphael Bostic (Presiden The Fed Atlanta) menyatakan terbuka terhadap kemungkinan revisi target inflasi. Michelle Bowman bahkan memperkirakan setidaknya tiga kali pemangkasan suku bunga bisa dilakukan sepanjang 2025 untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap solid. Namun, Austan Goolsbee (Presiden The Fed Chicago) menegaskan target inflasi 2% tetap menjadi prioritas utama.

Baca Juga :  Portable EV Charger untuk Kemudahan Pengisian Daya Kendaraan Listrik

Fokus Pasar Selanjutnya

Investor kini menantikan sejumlah data penting yang bisa menjadi penentu arah pasar berikutnya. Beberapa di antaranya adalah laporan Pesanan Barang Tahan Lama, data final Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II, serta indikator inflasi favorit The Fed, yakni Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) inti.

Apabila data-data tersebut kembali menunjukkan pelemahan, peluang emas untuk melanjutkan reli akan semakin terbuka. Sebaliknya, jika rilis data lebih kuat dari perkiraan, Dolar AS bisa kembali menguat dan menekan pergerakan emas.

Pelemahan Dolar Jadi Pendorong Utama

Di sisi lain, Dolar AS kian tertekan setelah pernyataan Powell. Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, turun 0,07% ke level 97,22. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga melemah, sehingga menurunkan biaya peluang memegang aset tanpa bunga seperti emas.

Dengan kombinasi faktor teknikal yang mendukung, data fundamental yang lemah, serta nada dovish dari pejabat The Fed, outlook jangka pendek emas masih cenderung bullish. Namun, para pelaku pasar tetap diingatkan untuk menjaga disiplin manajemen risiko, mengingat volatilitas harga emas bisa meningkat tajam jika ada kejutan dari data ekonomi ataupun pernyataan kebijakan mendatang. (bbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *