VIRALSUMSEL.COM, Palembang – Masker Sriwijaya FC laris manis. Penjualan tahap pertama ludes diburu para penggemar Sriwijaya FC. Hal tersebut disampaikan Rhamdoni Sekretaris Tim Sriwjaya FC kepda www.viralsumsel.com, Senin (8/6/2020) siang.
Menurut Doni ,sapaan akrab Rhamdoni, tahap pertama Sriwijaya FC hanya memproduksi 5.000 masker saja. Baru lima hari dijual sudah habis. “Yang tahap pertama sudah habis di jual,” kata dia.
Menurut Doni, peminat masker Sriwijaya FC beragam. Bukan hanya kalangan supporter Sriwijaya FC. “Untuk tahap pertama ini yang beli ada dari fans Sriwijaya baik itu Singa Mania, Sriwijaya Mania, maupun Ultras Palembang. Ada juga masyarakat umum,” kata Doni.
Lebih lanjut Doni menambahkan pembelian bisa dilakukan via online dengan menghubungi dirinya ke nomor +6281273089412. “Masker collector edition tersebut kita jual Rp15 Ribu satu buah,” terang dia.
Untuk tahap kedua akan segera diproduksi dengan jumlah yang sama. Namun pihaknya akan melakukan penjualan menyasar ke instansi, perusahaan dan organsisasi.
Sebelumnya Manager Tim Sriwijaya FC Hendri Zainuddin mengungkapkan, ide mencari pemasukan klub dari berjualan masker, terinspirasi dari tim asal Spanyol, Barcelona yang telah lebih dulu melakukannya.
“Tim sekelas Barcelona saja yang terkenal kaya raya sudah melakukannya, kenapa kita tidak. Apalagi, masker masih menjadi barang yang banyak dicari, seiring tuntutan beradaptasi dengan situasi new normal,” ujar HZ ,sapaan akrabnya.
Hendri melanjutkan, maskernya jenis scuba, yang tahan terhadap air, bisa dicuci dan dipakai berulang-ulang. “Penjualan secara resminya akan dilakukan melalui media sosial klub, dengan harga Rp15 ribu,” jelasnya.
Seperti diketahui, pandemi COVID-19 telah berdampak pada berbagai sektor, tidak terkecuali terhadap finansial klub sepakbola diseluruh dunia, termasuk Indonesia.
Apalagi sejak kompetisi ditangguhkan, klub sepakbola tidak lagi mendapatkan pemasukan, baik itu dari pihak sponsor maupun penjualan tiket.
“Bahkan untuk Sriwijaya FC khususnya, kita sama sekali belum pernah mendapatkan kucuran dana dari sponsor, alias nol. Karena kompetisi Liga 2 baru 1 kali melakukan pertandingan. Sehingga belum dapat memenuhi klausul yang ada didalam kontrak,”paparnya.
Kondisi yang sama kemungkinan besar juga menimpa tim peserta kompetisi Liga 2 lainnya. Situasi ini membuat pengelola klub harus memutar otak, untuk mengatasi pengeluaran tim. Termasuk membayar gaji pelatih, pemain dan official tim sebesar 25%, sesuai arahan dan keputusan dari PSSI. Maupun gaji karyawan lainnya.
Ya, menekan pengeluaran tim menjadi hal krusial yang harus dilakukan klub. (ion)