Muara Enim, viralsumsel.com — PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan. Melalui Divisi Sustainability, PTBA meluncurkan program budidaya itik petelur di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Inisiatif ini menjadi bagian dari program pasca tambang yang menargetkan transformasi ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Program ini merupakan kelanjutan dari upaya serupa yang sebelumnya sukses mengembangkan peternakan puyuh di kawasan bekas Penambangan Tanpa Izin (PETI). Kali ini, sektor unggas kembali menjadi andalan dengan menghadirkan potensi penghasilan yang menjanjikan bagi masyarakat, bahkan melebihi Upah Minimum Regional (UMR).
Untuk memastikan keberhasilan program, PTBA menggandeng Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) sebagai mitra strategis. Kolaborasi ini menghadirkan tenaga ahli peternakan yang bertugas mendampingi langsung di lapangan. Pendampingan tersebut mencakup berbagai aspek teknis, mulai dari penataan kandang, pencahayaan yang sesuai, ventilasi udara, hingga manajemen pakan dan rasio ternak. Evaluasi menyeluruh dilakukan untuk memaksimalkan produktivitas sekaligus menekan angka kematian itik.
Ajis Purnomo, Sustainable Community Development Section Head PTBA, menjelaskan bahwa program ini menargetkan kemandirian ekonomi warga sekitar tambang. “Melalui pendekatan ini, kami ingin membuktikan bahwa masyarakat bisa hidup mandiri dan sejahtera tanpa harus menggantungkan diri pada tambang,” kata Ajis.
Lebih jauh, Ajis memaparkan potensi penghasilan dari budidaya itik petelur yang cukup signifikan. Dengan memelihara 300 hingga 500 ekor itik, seorang peternak bisa meraih penghasilan bulanan lebih dari Rp5 juta. Angka ini jauh di atas batas UMR wilayah setempat, menjadikannya sebagai salah satu alternatif penghasilan yang layak dan berkelanjutan.
Ketua Rimba Farm Tegal Rejo, Hendri, yang juga menjadi penerima manfaat dari program ini, menyambut baik dukungan yang diberikan oleh PTBA. Ia menilai program ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga menjadi bukti nyata keterlibatan perusahaan dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi komunitas sekitar. “Ini bukan sekadar pelatihan, tapi bentuk nyata perhatian dan investasi sosial jangka panjang dari Bukit Asam,” ujar Hendri dengan penuh semangat.
Program ini juga selaras dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), terutama poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Bukit Asam percaya bahwa keberhasilan program ini dapat menjadi model yang direplikasi di daerah lain dengan karakteristik serupa.
Ke depan, PTBA berkomitmen melanjutkan pendekatan berbasis komunitas ini dengan terus mendorong inovasi dan kolaborasi. Program-program pemberdayaan ekonomi seperti ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan sosial, memperluas kesempatan kerja, serta menciptakan ekonomi lokal yang inklusif dan berdaya saing tinggi.
Dengan semangat keberlanjutan, PTBA menegaskan bahwa pembangunan ekonomi yang adil dan ramah lingkungan bukan sekadar visi perusahaan, tetapi langkah nyata yang telah, dan terus, diwujudkan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. (bbs)