Tak Ada Jalan Pintas: Perjalanan Gilang Margi dari Rumah Kontrakan ke Bisnis Parfum Beromzet Puluhan Juta

EKONOMI68 Dilihat
Banner Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha dari Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin

JAKARTA,  viralsumsel.com – Di balik layar bisnis sukses bernama Gudang Parfum Import, berdiri sosok muda penuh semangat bernama Gilang Margi Nugroho. Di usia yang masih tergolong muda, Gilang telah membuktikan bahwa ketekunan dan ketangguhan bisa mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.

Dari masa kecil yang serba kekurangan hingga kini mengelola usaha parfum dengan omzet harian mencapai Rp40 juta, Gilang membuktikan satu hal: tidak ada sukses yang datang secara instan.

Bertahun-tahun Hidup dalam Keterbatasan

Gilang tumbuh di keluarga sederhana dan menghabiskan 27 tahun hidupnya di rumah kontrakan. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah belajar berdagang—menjual gorengan, casing laptop, dan barang apapun yang bisa menghasilkan uang. Bukan karena hobi berdagang, tetapi karena desakan kebutuhan keluarga.

“Dari kecil saya belajar bahwa hidup bukan soal gaya, tapi soal bertahan,” kenangnya.

Menelan Pahitnya Kegagalan

Sebelum sukses dengan bisnis parfum, Gilang lebih dulu mencoba peruntungan di sektor kuliner. Usaha bernama “Kepiting Nyinyir” sempat mencatatkan prestasi gemilang, berkembang menjadi lima cabang dengan puluhan karyawan. Namun pandemi COVID-19 meruntuhkan semua itu. Penjualan anjlok drastis, cabang-cabang tutup, dan karyawan harus dirumahkan.

Baca Juga :  Hisense: Dari Sponsor hingga Dominasi Teknis dalam Sepak Bola

Alih-alih menyerah, kegagalan itu justru membentuk karakter Gilang. Ia menyadari bahwa bisnis yang bertahan bukan hanya yang besar, tapi yang adaptif dan memberdayakan.

Parfum: Produk Sederhana dengan Peluang Besar

Pada 2023, Gilang mengambil langkah baru dengan menjajal bisnis parfum import. Ia melihat parfum sebagai produk yang tahan tren, mudah dijual, dan tidak memerlukan toko fisik. Tapi ia tak sekadar ingin menjadi pedagang.

Gilang merancang sistem berbasis reseller, memungkinkan siapa pun—termasuk yang bermodal kecil—ikut berbisnis. Dengan modal awal hanya Rp1,8 juta, seseorang sudah bisa menjadi reseller Gudang Parfum Import tanpa target penjualan yang menekan.

“Kami beri pelatihan, dukungan, dan kebebasan membangun brand sendiri. Karena bagi saya, sukses itu ketika kita bisa tumbuh bersama, bukan sendiri,” ujarnya.

Tahun Pertama Tanpa Gaji

Ketika banyak pengusaha baru berlomba mengambil untung secepatnya, Gilang memilih jalur sebaliknya. Ia tak mengambil gaji selama setahun pertama menjalankan bisnis parfum. Semua keuntungan diputar ulang demi membesarkan sistem dan memperkuat jaringan.

Baca Juga :  Makassar NgabuburIT 2025: Acara Kolaborasi Telkom dengan Komunitas Google Develper Universitas Hasanudin Untuk Tingkatkan Literasi AI

Keputusan itu terbukti tepat. Kini, Gudang Parfum Import tak hanya mencatat omzet tinggi, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi bagi ratusan reseller di seluruh Indonesia—dari ibu rumah tangga hingga mantan korban PHK.

Membuka Jalan bagi Orang Lain

Bagi Gilang, kesuksesan bukan hanya diukur dari angka, tetapi dari dampak sosial. Ia merasa paling bangga saat mendengar kisah para reseller yang mampu membeli kendaraan, memberangkatkan orang tua umrah, atau menyekolahkan anak dari hasil berjualan parfum.

“Saya membangun bukan untuk jadi raja, tapi untuk buka jalan buat orang lain bisa ikut naik,” tegasnya.

Pesan untuk Pejuang Bisnis

Kisah Gilang adalah gambaran nyata bahwa keberhasilan dibangun dari ketekunan, keberanian menghadapi kegagalan, dan keyakinan akan proses. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada sukses instan.

Dan bagi siapa pun yang tengah merintis jalan bisnis, Gilang menitipkan pesan sederhana namun kuat:

“Yang penting bukan bisnis apa yang kamu mulai, tapi seberapa siap kamu bertahan ketika semuanya tidak berjalan sesuai rencana.” (bbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *