JAKARTA – viralsumsel.com | Di tengah derasnya arus digitalisasi, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik manfaat besar yang ditawarkan, terselip risiko kesehatan yang jarang disadari, salah satunya adalah digital fatigue atau kelelahan digital.
Kondisi ini semakin banyak dialami oleh pekerja kantoran, pelajar, hingga profesional kreatif yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar.
Apa Itu Digital Fatigue?
Digital fatigue adalah kondisi kelelahan fisik dan mental yang timbul akibat terlalu lama berinteraksi dengan perangkat digital. Gejalanya kerap dianggap sepele namun dapat berdampak serius jika terus dibiarkan.
Beberapa tanda yang paling umum antara lain mata lelah dan kering, sakit kepala terus-menerus, kesulitan berkonsentrasi, serta gangguan tidur.
Tak hanya itu, tekanan yang muncul akibat notifikasi yang tak henti masuk juga dapat menimbulkan rasa cemas dan kewalahan secara emosional.
Dalam jangka panjang, digital fatigue bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga menurunkan produktivitas dan membahayakan kesehatan.
Risiko Digital Fatigue yang Perlu Diwaspadai
Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, digital fatigue dapat memunculkan berbagai risiko serius:
-
Gangguan Kesehatan Mental
Paparan informasi digital yang berlebihan membuat otak bekerja ekstra keras dalam memproses data. Hal ini dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi jika tidak ditangani dengan baik. -
Menurunnya Produktivitas Kerja
Ketika tubuh dan pikiran merasa kelelahan, kemampuan untuk fokus dan mengambil keputusan menurun. Hal ini tentu berdampak langsung pada efektivitas kerja dan kualitas hasil yang dicapai. -
Masalah Kesehatan Fisik
Digital fatigue juga berkaitan dengan gangguan fisik seperti sakit kepala, nyeri leher dan punggung, gangguan tidur, serta masalah pada penglihatan akibat menatap layar terlalu lama.
Strategi Mengurangi Risiko Digital Fatigue
Meski tidak bisa menghindari penggunaan teknologi sepenuhnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari digital fatigue:
-
Terapkan Metode 20-20-20
Setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 meter selama 20 detik. Cara sederhana ini efektif dalam mengurangi ketegangan mata. -
Lakukan Digital Detox Harian
Tetapkan waktu khusus tanpa gadget, misalnya saat makan atau satu jam sebelum tidur. Waktu istirahat dari perangkat digital membantu tubuh dan pikiran kembali segar. -
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Ergonomis
Pastikan pencahayaan ruangan cukup terang, posisi layar sejajar dengan mata, serta gunakan filter cahaya biru untuk mengurangi paparan radiasi pada mata. -
Batasi Rapat Virtual
Jika memungkinkan, sisipkan jeda 5–10 menit di antara rapat daring yang padat. Ini penting untuk memberi waktu otak beristirahat dan menghindari kejenuhan. -
Kelola Notifikasi Secara Bijak
Atur notifikasi hanya untuk aplikasi yang benar-benar penting agar tidak merasa terganggu setiap saat. Hal ini membantu menjaga fokus dan mengurangi stres.
Teknologi Harusnya Membantu, Bukan Membebani
Sobat #SadarRisiko, dalam dunia digital yang terus berkembang ini, teknologi memang tidak bisa dihindari. Namun, bukan berarti kita harus tunduk sepenuhnya pada tuntutan dunia maya.
Gunakanlah teknologi secara bijak, kenali batas tubuh dan mental kita, dan utamakan kesehatan sebagai fondasi produktivitas jangka panjang.
Mari mulai menerapkan pola hidup digital yang lebih sehat. Dengan mengurangi risiko digital fatigue, kita bisa menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan pribadi. (bbs)







