Tim Peneliti UT Kunjungi Puyang Syekh Naga Berisang, Simbol Kekerabatan Luas Orang Komering

viralsumsel.com, OKU TIMUR – Suku Komering memiliki akar kekerabatan sangat kuat terjalin, salah satunya lewat pemberian gelar adok pengangkonan untuk mengangkat kerabat diluar suku Komering.

Keluasan kekerabatan orang Komering diluar sukunya sangat terasa dari hadirnya sosok Tuanku Puyang Syekh Naga Berisang di Desa Betung, Semendaway Barat, OKU Timur.  Tertarik dengan hal itu, Tim Peneliti Universitas Terbuka (UT) Palembang yang diketuai Dr. Meita Istianda bersama Dr. Dedi Irwanto, M.A. (Universitas Sriwijaya), Giyanto, M.Sc. (Universitas PGRI Palembang), Kemas Ari Panji, M.Si. (UIN RF Palembang), Dudy Oskandar, S.H. (Jurnalis) dan Hidayatul Fikri, S.T. atau Mang Dayat (Youtuber beken Palembang).

Terjun langsung melihat Maqom Puyang Syekh Naga Berisang, sekaligus melakukan wawancara dan mengumpulkan data mengenai simbolisasi keluasan kekerabatan Komering ini, Rabu (21/9/2022).

Tim peneliti bertemu dengan tokoh-tokoh adat Komering, di antaranya Kadis Dikbud OKU Timur Periode 2015-2019, Drs. M. Ali Pasyai, M.M didampingi Tokoh Tetua Adat dan tokoh budaya Betung, Samsul Bahri.

“Maqom Puyang Syekh Naga Berisang adalah petilasan panjang. Kurang lebih panjangnya 12 meter. Selain bentuknya yang panjang. Sepengetahuan saya, Maqom Puyang Syekh Naga Berisang ini tersebar, baik di Lampung maupun Sumatra Selatan. Di Lampung, Puyang Syekh Naga Berisang dianggap sebagai pemimpin pengembaraan orang-orang Sungai Tatang, Lampung ke sekitar Danau Ranau.

Puyang Syekh Naga Berisang ini juga dianggap sebagai Puyang di Kuripan, Marga Dihaji. Sepengetahuan saya juga jadi Puyang sakti bagi orang Gumay dan Lematang”, kata  Pak Ali Pasyai.

Baca Juga :  Jasa Raharja Turut Serta dalam Pembukaan Posko Angkutan Lebaran 2024

Gambaran tentang banyaknya tempat yang dilalui dalam perjalanan hidup Puyang Syekh Naga Berisang menurut eks Asisten III Pemkab OKUT ini sangat membantu dalam mengkontruksi kembali   jejak persaudaraan dan kekerabatan luas orang Komering.

Angkat saudara (pengangkonan) bagi orang Komering menurut Ali Pasyai bisa dilakukan sampai diluar suku Komering. Bahkan pengangkonan ini kadang lebih dari keluarga sedarah. Jika saudara angkatnya diganggu, maka orang Komering akan siap membelah mati-matian sebagai bukti kesetiakawanannya. Demikian juga sebaliknya.

Ditambahkannya hubungan baik seperti ini bahkan menurutnya sudah ada sejak dulu .

Selain itu , seseorang diluar Jolma Komering dapat diberi gelar keluarga oleh saudara angkatnya dari Komering.

Inilah yang membuat orang Komering itu walau terlihat berwatak keras, tetapi bisa dapat menjadi sangat cair, jika sudah menjalin kekerabatan dekat dengan orang diluar sukunya.

Filsafat moral dan etika dari jalinan persaudaraan yang dibentuk Puyang Syekh Naga Berisang yang ditradisi lisankan secara turun temurun menurut Ali Pasyai diyakini turut memiliki pewarisan ke orang-orang Komering setelahnya.

“Menurut cerita tutur yang saya ketauhi dari orang-orang tua dulu. Sosok Puyang Naga Berisang ini pria yang sangat ganteng dan sakti madraguna. Beliau hidup sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Mengapa disebut Naga Berisang karena sosoknya mampu merubah wujud menjadi seekor naga.

Kalau sudah menjadi naga menurut ceritanya, Beliau mampu mengeringkan air di Sungai Musi, Sungai Komering, Sungai Ogan dan Sungai Lematang. Beliau pemimpin perang dari uluan. Yang jika ilir, Palembang, diserang beliau dipanggil untuk menghalau musuh. Jika air sudah surut disedot Beliau, maka musuh dari laut tidak bisa masuk ke Kota Palembang”, kata Tokoh Tetua Adat dan tokoh budaya Betung, Samsul Bahri.

Baca Juga :  Mencengangkan, Awal Februari Bakal Ada 100 Janda Baru di Kabupaten Lahat

Walau narasi kekeramatannya tersebar dari mulut ke mulut. Namun kosmologi kesaktian Puyang Syekh Naga Berisang ini diyakini oleh Samsul awal mula munculnya kesaktian orang Komering.

Selain itu, pada masa lampau orang-orang Komering, menurut Beliau, dipercaya menjadi wadah prajurit uluan terbesar dan tangguh dalam mengawangi Kota Palembang di iliran manakala musuh mencoba menyerbu.

“Sekali lagi narasi itu menurut hemat saya. Yang membenarkan kuatnya kesetiakawanan dalam kekerabatan dan persaudaraan orang Komering dengan orang diluar suku Komering sekali pun. Selain itu, deskripsi ini juga sebagai penanda luasnya bentuk kekerabatan yang dibangun oleh orang Komering”, tambah Pak Ali Pasyai.

“Generasi muda Komering sekarang ini menurut saya harus bisa merawat pesan leluhur yang disampaikan oleh muyangnya, orang tuanya. Artinya keberadaan Puyang Syekh Naga Berisang ini tidak saja dilihat sebagai makam atau maqom semata. Namun harus dipahami sejarahnya sehingga sekaligus kita dapat menelateni pesan leluhur dalam menjaga nilai kekerabatan dan persaudaraan”,  kata Pak Ali Pasyai. (ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *