Digital Twin: Teknologi yang Mampu Mengubah Dunia dalam Genggaman Tangan

EKONOMI818 Dilihat

viralsumsel.com, Jakarta – Di tengah pesatnya perkembangan transformasi digital, muncul sebuah teknologi yang diyakini akan menjadi landasan utama dalam revolusi industri masa depan.

Teknologi ini disebut dengan istilah digital twin, yang menurut Bagas Adji Saputra, seorang praktisi teknologi, berperan sebagai “jembatan antara imajinasi dan realitas”.

Bukan hanya sekadar alat simulasi canggih, digital twin dianggap sebagai gambaran masa depan di mana setiap aspek kehidupan manusia dapat saling terhubung, diprediksi, dan dioptimalkan melalui dunia virtual.

Bagas menjelaskan bahwa digital twin adalah representasi digital dari objek fisik, sistem, atau proses yang beroperasi dalam waktu nyata.

Teknologi ini memanfaatkan berbagai perangkat seperti sensor IoT, kecerdasan buatan (AI), dan komputasi awan untuk membangun model dinamis yang dapat memantau, menganalisis, bahkan memprediksi perilaku objek fisiknya.

Dengan teknologi ini, berbagai hal yang sebelumnya sulit diprediksi, seperti kerusakan mesin atau potensi kerusakan struktural pada bangunan, kini dapat terdeteksi lebih dini.

“Bayangkan sebuah mesin pabrik yang bisa ‘berbicara’ melalui data, memberikan informasi tentang kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemeliharaan,” ujar Bagas.

Tidak hanya di sektor industri, digital twin juga membuka peluang besar di berbagai bidang lain. Dalam industri manufaktur, misalnya, teknologi ini telah terbukti mengurangi biaya operasional hingga 30% dengan memprediksi kerusakan mesin sebelum terjadi.

Baca Juga :  AI dan Blockchain: Revolusi Teknologi yang Akan Mengubah Dunia pada 2025, Menurut Christian Thompson

Di sektor kesehatan, digital twin memungkinkan dokter untuk berlatih melakukan operasi, seperti bedah jantung, menggunakan replika digital dari tubuh pasien, yang dapat mengurangi risiko kesalahan medis.

Bahkan kota-kota besar seperti Singapura dan Amsterdam telah memanfaatkan digital twin untuk merancang smart city yang hemat energi dan responsif terhadap berbagai ancaman bencana.

Namun, meskipun menawarkan potensi yang sangat besar, adopsi digital twin menghadapi beberapa tantangan besar. Keamanan data, kesenjangan infrastruktur digital, dan keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dalam bidang ini menjadi hambatan utama. “Data adalah nyawa dari digital twin.

Jika sistem ini diretas, model yang sudah dibangun bisa menjadi bumerang,” tegas Bagas. Oleh karena itu, Bagas mengusulkan perlunya kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan dunia akademik dalam membangun infrastruktur keamanan siber yang lebih kuat, meningkatkan pelatihan talenta digital, dan meratakan akses terhadap teknologi canggih ini.

Salah satu aspek menarik dari digital twin adalah kemampuannya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan teknologi ini, berbagai emisi karbon, aliran limbah, dan konsumsi energi dapat dimodelkan secara virtual untuk membantu perusahaan maupun pemerintah merancang kebijakan yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga :  Revolusi AI! MAXY Academy Siap Cetak Talenta Digital Masa Depan, Ini Keunggulannya

“Bayangkan jika setiap negara memiliki digital twin bumi, kita bisa memodelkan dampak dari setiap kebijakan lingkungan sebelum diterapkan. Ini bisa menjadi senjata utama dalam menghadapi perubahan iklim,” tambah Bagas dengan penuh semangat.

Selain itu, digital twin juga diharapkan akan merevolusi hubungan antara produsen dan konsumen. Di masa depan, setiap produk, mulai dari kendaraan hingga perangkat smartphone, akan memiliki profil digital yang terus berkembang dan belajar dari kebiasaan penggunanya.

“Ini akan mengubah cara kita berinteraksi dengan produk. Tidak hanya sebagai transaksi jual-beli, tetapi sebagai hubungan simbiosis yang memungkinkan perusahaan untuk lebih memahami kebutuhan pelanggannya,” jelas Bagas.

Meskipun teknologi ini menjanjikan banyak perubahan positif, Bagas mengingatkan bahwa kesuksesan digital twin tidak hanya bergantung pada kemajuan teknologi itu sendiri. Dibutuhkan kesiapan manusia untuk memimpin perubahan.

“Teknologi ini adalah kanvas yang masih kosong. Kita sebagai manusia yang harus melukis masa depan di atasnya dengan kreativitas dan keberanian untuk bereksperimen,” pungkas Bagas. (vritimes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *