Tikar Purun Angkat Kearifan Lokal, OKI Sabet Juara 1 Stand Terbaik di Swarna Songket Nusantara 2025

OKI MANDIRA174 Dilihat

PALEMBANG, viralsumsel.com – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam kancah budaya nasional.

Melalui keikutsertaannya dalam ajang Swarna Songket Nusantara 2025, OKI sukses menyabet Juara I Stand Terbaik, berkat kreativitas dan keunikan dalam mengangkat kearifan lokal khas daerahnya, yaitu kriya berbahan dasar Purun, tumbuhan rawa yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Acara prestisius yang berlangsung pada 1–5 Agustus 2025 di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, ini menjadi panggung besar bagi kekayaan tekstil dan kriya nusantara. Di tengah semarak festival, stand Kabupaten OKI mencuri perhatian pengunjung dan dewan juri dengan sajian etnik kontemporer yang menyatukan nilai budaya, keindahan estetika, dan semangat pemberdayaan masyarakat.

“Kami ingin mengangkat kearifan lokal Kabupaten OKI. Selain songket, ada pula produk hasil serat alam seperti Purun yang dirangkai dengan hati dan sejarah panjang,” ujar Hj. Ike Muchendi, Ketua Dekranasda OKI, sesaat setelah menerima penghargaan.

Tikar Purun: Dari Rawa, Menjadi Kriya Bernilai Tinggi

Purun (Lepironia articulata) merupakan tanaman rawa yang tumbuh liar di wilayah perairan OKI, seperti di kecamatan Pedamaran, Pampangan, dan Cengal. Dari generasi ke generasi, masyarakat setempat—terutama kaum ibu—mengolah Purun menjadi tikar tradisional, bukan hanya sebagai alas duduk, tapi juga sebagai simbol kehidupan, kebersamaan, dan harmoni dengan alam.

Baca Juga :  Wabup OKI Tekankan Akurasi Data FKP Regsosek 2023

Kini, dengan sentuhan inovatif dan desain kontemporer, tikar Purun dan produk turunannya seperti tas, dompet, hiasan interior, dan karya kriya lainnya disulap menjadi barang bernilai ekonomi tinggi tanpa kehilangan akar budayanya. Estetika alami dan filosofi keberlanjutan menjadikan Purun sebagai material unggulan dalam era kesadaran lingkungan saat ini.

“Kriya ini juga menjadi representasi dari keberlanjutan lingkungan, karena seluruh proses produksinya berbasis bahan alami, bebas bahan kimia, serta memberdayakan masyarakat lokal,” jelas Ike.

Kriya yang Menghidupi dan Memperkuat Perempuan Desa

Salah satu kekuatan utama dari stand OKI adalah komitmen terhadap pemberdayaan perempuan. Mayoritas perajin produk kriya Purun merupakan ibu-ibu desa, yang melalui kerajinan ini mampu meningkatkan penghasilan keluarga sekaligus melestarikan warisan budaya.

Dekranasda OKI tidak hanya berhenti pada promosi produk, tapi juga aktif melakukan pembinaan melalui pelatihan desain, edukasi pemasaran digital, hingga sertifikasi produk ramah lingkungan. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk memastikan regenerasi perajin dan keberlangsungan ekonomi kreatif daerah.

Baca Juga :  Hore, 38 Ribu Warga Air Sugihan OKI Bakal Nikmati Air Bersih

Dari Rawa ke Panggung Nasional

Kemenangan OKI di Swarna Songket Nusantara 2025 menjadi simbol bahwa potensi lokal mampu menembus pasar yang lebih luas. Dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten OKI dan kolaborasi lintas sektor, produk-produk berbasis kearifan lokal kini disiapkan untuk bersaing di level nasional hingga internasional.

“Hasil kriya OKI adalah cerita tentang warganya, tentang perempuan tangguh, dan tentang harapan. Kemenangan ini milik mereka,” ungkap Ike penuh semangat.

Apresiasi dari Pusat: Songket sebagai Identitas Budaya Bangsa

Swarna Songket Nusantara sendiri merupakan bagian dari rangkaian Malam Budaya yang bertujuan mengangkat kembali kejayaan songket dan tekstil tradisional Indonesia. Ketua Dewan Kerajinan Nasional, Selvi Gibran, dalam sambutannya mengapresiasi penuh pelaksanaan acara yang dinilai mampu membangkitkan kebanggaan terhadap identitas budaya lokal.

“Kita tahu kain tradisional Indonesia sangatlah kaya. Setiap daerah punya ciri khas unik, dan malam ini kita melihat betapa kuatnya identitas budaya itu,” ujar Selvi.

Ia juga menekankan pentingnya menjadikan pelestarian budaya sebagai kebanggaan, bukan beban. Terlebih, menurutnya, keterlibatan generasi muda dalam mencintai produk lokal seperti songket dan kriya menjadi jembatan penting untuk pelestarian jangka panjang. (zep)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *