Inovasi Bahan Bakar Kapal Ramah Lingkungan Untuk Negeri

SUMSEL356 Dilihat
banner 728x90

viralsumsel.com, PALEMBANG – PT Pertamina (Persero) sebagai lokomotif penggerak perekonomian nasional tidak memilih mundur. Aksi korporasi lewat skema holding-subholding, di samping ditujukan untuk memfokuskan model bisnis yang kompetitif dalam optimalisasi profit, juga dimaksudkan untuk menciptakan iklim energi yang semakin hijau.

Dari kilang yang merupakan ‘dapur’ energi fosil, upaya dekarbonisasi sebenarnya bukanlah istilah yang baru. Dengan perannya sebagai Subholding Refining & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) juga tak ketinggalan dalam mengambil langkah-langkah adaptif sejalan dengan model bisnis Pertamina yang terus bergerak maju ke arah konsentrasi energi hijau.

Peningkatan kebutuhan bahan bakar kapal yang terus diiringi isu pemanasan global yang terus bergulir, semakin mensyaratkan kehadiran produk bahan bakar kapal ramah lingkungan.

Bahan bakar kapal mesin diesel putaran rendah yang sesuai dengan regulasi International Marine Organization (IMO) yang menerapkan peraturan terkait bahan bakar minyak melalui pembatasan kadar sulfur rendah hingga maks. 0,5% v/v yang dimulai pada 1 Januari 2020. Kebijakan tersebut kemudian diimplementasikan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. 35 Tahun 2019 pada 18 Oktober 2019 yang berisi peraturan mengenai kewajiban seluruh kapal (Nasional dan Asing) yang berlayar di perairan Indonesia untuk menggunakan bahan bakar berkadar sulfur maksimal 0,5 persen m/m atau yang masuk dalam kategori Low Sulfur Fuel Oil (LSFO).

Pada tanggal 1 Januari 2020, pembatasan kandungan sulfur baru untuk bahan bakar kapal mulai berlaku. Pedoman tersebut, yang dikenal sebagai “IMO 2020”.

Kapal Ferry angkutan penumpang dan kendaraan tujuan Tanjung Api Api Sumatera Selatan sandar di pelabuhan Tanjung Kalian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, (11/07/2023). Foto : viralsumse.com/muhammad atta
Kapal Ferry angkutan penumpang dan kendaraan tujuan Tanjung Api Api Sumatera Selatan sandar di pelabuhan Tanjung Kalian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, (11/07/2023). Foto : viralsumse.com/muhammad atta

Peraturan ini menandai langkah maju yang besar oleh para Perwira (sebutan untuk Pekerja Pertamina) PT Pertamina Kilang Internasional Refinery Unit III Plaju dengan kreativitas dan inovasinya, yang berhasil menyulap Vacuum Residue sebagai low valuable product (produk bernilai rendah) menjadi bernilai tinggi dan menyasar pasar internasional, demi meningkatkan kualitas udara dan melestarikan lingkungan untuk mencapai penurunan 77% dalam keseluruhan emisi SOx dari kapal, dengan perkiraan pengurangan tahunan sebesar 8,5 juta metrik ton SOx, sehingga mencegah umat manusia dari kematian dini. , penyakit kardiovaskular, juga pernapasan, dan paru-paru.

Baca Juga :  Satgas TMMD ke-123 Kodim 0418/Palembang Percepat Pembangunan Sumur Bor Demi Kesejahteraan Warga

Daniswara Krisna Prabatha (Engineer I Offsite & Product Distribution Process), sebagai delegasi Indonesia menjelaskan Produk Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur telah diperkenalkan dihadapan para delegasi The 24th World Petroleum Congress di Calgary, Kanada pada 17-21 September 2023.

Dalam paper berjudul “The Journey of Environmental Friendly Ships’ Fuel Production in Indonesia”.

Pertamina RU III Plaju menjadi pionir di Indonesia yang memproduksi Marine Fuel Oil Low Sulphur (MFO LS) untuk mengatasi tantangan tersebut. MFO LS diharapkan tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menjadi produk bernilai tinggi yang mampu memberikan keuntungan finansial signifikan bagi Pertamina. Beberapa jenis penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan alternatif pencampuran komponen antara lain: Vacuum Residue (dari High Vacuum Unit), Solar (dari Crude Distillation Unit), dan aditif Pour Point Depressant (PPD). Kami merupakan pionir produksi MFO LS, dengan 2 (dua) pilihan formula metode blending. Formula pertama menggunakan 70%-vol Residu Vakum dan 30%-vol Bahan Bakar Diesel. Formula kedua menggunakan Residu Vakum 85%-vol dan Bahan Bakar Diesel 15%-vol dengan tambahan PPD 1100 ppm. Dengan inovasi-inovasi tersebut, Pertamina dapat meningkatkan Residu Vakum dari produk bernilai rendah menjadi produk bernilai tinggi; LKM LS.

MFO LS yang diproduksi oleh Pertamina RU III memberikan beberapa dampak. Meskipun menghasilkan produk berkualitas tinggi, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kepatuhan lingkungan, karena kandungan Sulfur MFO LS Pertamina RU III dapat melebihi spesifikasi IMO dengan nilai yang dicapai sebesar 0,19%-wt Kandungan Sulfur. Hal ini menunjukkan bahwa Pertamina dapat memproduksi MFO LS dengan kualitas terbaik di kelasnya (rata-rata VLSFO global adalah 0,42%-wt), dan dapat membantu Pertamina memperoleh penciptaan nilai hingga 75 juta USD, ungkapnya saat dibincangi viralsumsel.com, Sabtu, (28/10/2023).

Baca Juga :  Warga Kramasan Minta Saluran PDAM, Fitri : Buat Permohonan Akan Kita Teruskan

Mengingat RU III Plaju yang memiliki fasilitas kilang, tangki dan dermaga (jetty) yang beroperasi dengan aman dan handal, ditambah kondisi geografisnya yang dekat dengan Sungai Musi sebagai sarana transportasi produk ke pasar (market) domestic dan internasional, maka MFO LS pun mendapat ekosistem yang suportif.

Sejumlah pekerja melakukan pemeliharaan kilang PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju Palembang, Sumsel, (29/10/2023). Pemeliharaan besar atau “turn around” (TA) selama 40 hari memberdayakan 8000 lebih tenaga kerja ditambah pekerja internal kilang Pertamina Plaju guna capaian optimalisasi produk berkualitas, (29/10/2023). Foto : viralsumsel.com/muhammad atta
Sejumlah pekerja melakukan pemeliharaan kilang PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju Palembang, Sumsel, (29/10/2023). Pemeliharaan besar atau “turn around” (TA) selama 40 hari memberdayakan 8000 lebih tenaga kerja ditambah pekerja internal kilang Pertamina Plaju guna capaian optimalisasi produk berkualitas, (29/10/2023). Foto : viralsumsel.com/muhammad atta

Pemenuhan demand domestik dan internasional produk MFO LS sesuai spesifikasi regulasi International Maritime Organization (IMO) untuk mengurangi emisi, disambut baik pasar domestic dan internasional. Saat ini konsistensi produksi 600 ribu barel per bulan, lifting hingga ekspor produk sejak 2022 lalu. Hal ini, selain sebagai wujud komitmen Kilang Pertamina Plaju dalam mendukung kesiapan Indonesia dan Pertamina dalam agenda Decarbonizing & Desulphurizing Shipping, juga tentu saja semakin meneguhkan posisi kunci dan daya tawar Indonesia sebagai negara penyuplai.

Apalagi pada akhir 2021, Menteri Kordinator (Menko) Maritim dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan telah menyampaikan kesiapan dalam Decarbonizing & Desulphurizing Shipping, dengan kebutuhan MFO rendah sulfur dalam negeri dipehuni 100 persen produksi Indonesia.

Sepanjang 2022 nilai penjualan MFO LS mencapai USD 626 juta dolar Amerika Serikat (USD), sementara hingga Agustus 2023 nilai penjualan telah mencapai 404 juta dolar AS,dan hamper 50 persen di ekspor untuk konsumen di mancanegara.

Proyek yang dijalankan Kilang Pertamina Plaju dalam menjadi inisiator bisnis MFO LS sebagai bahan bakar ramah lingkungan ini, juga berhasil menghantarkan Direktur Operasional PT KPI, Didik Bahagia, memperoleh penghargaan Satyalancana Wira Karya 2023 oleh Presiden Republik Indonesia

Melalui produk MFO LS ini, Kilang Pertamina Plaju turut berkontribusi mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan/ sustainable development goals (SDGs) ketujuh berkaitan dengan energy yang andal, berkelanjutan dan modern untuk semua. (atta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *