viralsumsel.com ,PALEMBANG – Sulawesi Selatan telah lama dikenal sebagai gudang pemain sepak bola berbakat. Dari era Perserikatan, Galatama, hingga Liga Indonesia modern, banyak talenta asal daerah ini yang meraih sukses besar di kancah nasional.
Salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Isnan Ali, seorang bek kiri tangguh yang pernah menjadi bagian penting Timnas Indonesia dan meraih kejayaan bersama Sriwijaya FC.
Awal Karier: Dari SSB Bangau Putra hingga Barito Putera
Lahir di Makassar pada 15 September 1979, Isnan Ali tumbuh dengan kecintaan mendalam terhadap sepak bola. Sejak kecil, ia sudah mengidolakan Diego Maradona dan kerap menghabiskan waktu bermain bola di lingkungan sekitar. Melihat bakatnya, orang tua Isnan memasukkannya ke SSB Bangau Putra, tempat ia mulai mengasah kemampuannya.
Perjalanan sepak bolanya semakin serius ketika ia lolos seleksi PSM Junior pada tahun 1997. Pada tahun yang sama, ia membawa Makassar meraih medali emas cabang olahraga sepak bola di Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sulawesi Selatan. Hanya semusim di PSM Junior, Isnan memutuskan merantau ke Kalimantan Selatan untuk bergabung dengan PS Telkom Banjarmasin pada 1998.
Titik balik dalam kariernya terjadi saat ia memperkuat tim Pra-PON Kalimantan Selatan. Performa gemilangnya menarik perhatian Barito Putera, yang kemudian merekrutnya pada putaran kedua Liga Indonesia 1999/2000.
Dalam usia 21 tahun, Isnan langsung menjadi bek kiri utama tim yang kala itu dilatih Daniel Roekito. Ia bertahan di Barito hingga 2002 sebelum melanjutkan kariernya ke Persikota Tangerang (2003-2004) dan Persita Tangerang (2005-2006).
Masa Keemasan di Sriwijaya FC: Empat Gelar dalam Tiga Tahun
Pada 2007, Isnan Ali mengambil langkah besar dalam kariernya dengan bergabung ke Sriwijaya FC. Keputusan ini terbukti menjadi titik puncak kejayaannya. Di musim pertamanya, ia langsung mencatat sejarah dengan membawa klub berjuluk Laskar Wong Kito meraih gelar double winner, menjuarai Liga Indonesia dan Copa Indonesia.
Di bawah arahan pelatih Rahmad Darmawan, Isnan Ali menjadi pilar utama pertahanan bersama Charis Yulianto dan Toni Sucipto. Ia juga bermain bersama pemain-pemain hebat seperti Zah Rahan Krangar, Benben Berlian, Anoure Obiora, dan Keith Kayamba Gumbs. Bersama skuad yang solid, Sriwijaya FC menjadi kekuatan dominan di sepak bola nasional.
Kesuksesan berlanjut pada musim berikutnya. Isnan kembali membawa Sriwijaya FC menjuarai Copa Indonesia secara berturut-turut pada edisi 2008/09 dan 2009/10. Hingga ia meninggalkan klub pada 2010, total empat trofi telah ia persembahkan bagi tim asal Palembang tersebut.
Karier Internasional: Membela Timnas Indonesia
Prestasi Isnan Ali di level klub membawanya ke panggung internasional. Ia pertama kali mendapat panggilan ke Timnas Indonesia U-23 untuk SEA Games Kuala Lumpur 2001. Setahun berselang, ia dipanggil Ivan Kolev untuk memperkuat Timnas Senior di Piala AFF 2002 (saat itu masih bernama Tiger Cup).
Isnan juga menjadi bagian dari skuat Merah Putih dalam berbagai turnamen internasional, seperti kualifikasi Piala Asia 2004, Piala Kemerdekaan 2008, Piala AFF 2008, serta Pra-Piala Asia 2011. Sepanjang kariernya di Timnas Indonesia, ia mencatatkan 31 caps, sebuah pencapaian yang membuktikan kualitasnya sebagai bek kiri andal.
Pensiun dan Dedikasi di Dunia Kepelatihan
Setelah meninggalkan Sriwijaya FC pada 2010, Isnan melanjutkan kariernya dengan memperkuat beberapa klub besar seperti Persib Bandung (2010-2011), Mitra Kukar (2011), Persidafon Dafonsoro (2012-2013), dan Martapura FC (2014-2017). Pada awal 2018, ia akhirnya memutuskan gantung sepatu setelah berkarier selama hampir tiga dekade di dunia sepak bola profesional.
Namun, kecintaannya terhadap sepak bola tak luntur begitu saja. Isnan memilih untuk tetap aktif di dunia kepelatihan. Pada 2016, ia mulai menjajal peran sebagai asisten pelatih di Martapura FC, mendampingi Frans Sinatra Huwae. Hingga kini, ia masih mengemban tugas tersebut dan terus berkontribusi dalam pembinaan pemain muda.
Tak hanya itu, ia juga mendirikan akademi sepak bola bernama ASIA 25, yang berasal dari nomor punggung favoritnya. Akademi yang berbasis di Banjarmasin ini bertujuan untuk mencari dan mengembangkan talenta-talenta muda berbakat agar bisa mengikuti jejaknya di dunia sepak bola profesional.
Bek Tangguh yang Tak Pernah Lupakan Sepak Bola
Isnan Ali adalah contoh nyata bagaimana kerja keras dan ketekunan bisa membawa seseorang mencapai puncak kariernya. Dari SSB Bangau Putra di Makassar hingga mengangkat trofi bersama Sriwijaya FC, perjalanan panjangnya dipenuhi dengan dedikasi dan pencapaian gemilang.
Meski kini tak lagi merumput, ia tetap mengabdikan diri untuk sepak bola melalui dunia kepelatihan dan pembinaan pemain muda. (bbs)