Yatim Piatu, Santri Asal OKU Timur Dianiaya Hingga Tewas di Ponpes

MODUS30 Dilihat
banner 728x90

VIRALSUMSEL.COM, PALEMBANG – Naas dialami M 915) santri awal Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Betapa tidak, baru tiga minggu menuntut ilmu di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Ponorogo, Jawa Timur (Jatim), M harus meregang nyawa.

Ya, M telah menjadi korban pengadiayaan diduga dilakukan oleh empat santri di Ponpes tempatnya menuntut ilmu. Dijelaskan Kasatreskrim Polres Ponorogo, AKP Hendi Septiadi jika korban M (15) yang berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumsel, baru belajar tiga minggu di Ponpes.

Korban merupakan anak yatim piatu yang ingin menimba ilmu agama di ponpes tersebut. “Saya analisa korban ini mencuri karena kurangnya bekal juga, apalagi anak ini yatim piatu dan diasuh oleh walinya,” terang Hendi dilansir Jatimnet, kemarin (26/6/2021).

Baca Juga :  Prioritas Pendidikan, HD Inginkan SMKN Batumarta OKU Timur Jadi Percontohan

Hendi menambahkan keempat pelaku yakni MN (18), YA (15), AMR (15), dan AM (AM). Keempat melakukan pengeroyokan dengan cara menendang serta memukul kepala dan badan korban secara bergantian. Hingga akhirnya korban tidak sadarkan diri dan mengalami muntah darah. “Keempatnya mengeroyok dengan tangan kosong,” pungkas Hendi.

Pelaku Menyesal karena Spontan Pukuli Korban

Sejumlah fakta terkuak dari kasus penganiayaan santri hingga tewas di Ponorogo. Salah satunya, dituturkan oleh salah seorang pelaku, yakni pemukulan biasa dilakukan jika santri ketahuan bersalah. Aksi main hakim sendiri itu dilakukan murni inisiatif dari para santri.

Salah satu pelaku MN (18) merupakan senior dari korban mengaku menyesal karena secara spontan memukuli juniornya usai dia mengaku mencuri uang Rp100 Ribu milik temannya. “Karena mencuri ya dihukum,” kata MN.

Baca Juga :  Berkas Perkara Kecelakaan Bus Sriwijaya yang Menewaskan 35 Orang di Pagaralam Dinyatakan Lengkap Kejaksaan

Ia mengaku, hukuman sering diberikan kepada santri yang kedapatan melakukan perbuatan tercela. Tidak hanya itu, ia menuturkan, hal seperti itu sudah biasa dilakukan di Ponpes. Namun perlakuan tersebut menurutnya atas dasar inisiatif dari para santri. “Kalau mencuri memang selalu dihukum seperti itu,” pungkas MN. (ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *